BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Latar
belakang penulis mengikuti study tour ini adalah sebagai salah satu syarat
untuk tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas XII dan sebagai program kerja
OSIS SMA N 1 kesesi tahun 2012/2013. Study tour ini atau Karya Tulis Ilmiah
dilaksanakan setian tahun sekali. Selain itu study tour ini untuk menambah
wawasan serta untuk menjernihkan pikiran yang selama ini digunakan untuk
memikirkan pelajaran saja.
Museum Geologi merupakan salah satu
objek studi tour yang dijadikan oleh penulis sebagai bahan karya tulis ilmiah
ini. Penulis memilih karya tulis ini karena merupakan objek yang bagus dan
berdasarkan hasil observasi dan penelitian pada studi tour tahun 2012.
Karya tulis ini dibuat berdasarkan
hal-hal sebagai berikut :
a.
Mempelajari
dan memperdalam ilmu pengetahuan tentang kehidupan di bumi.
b.
Penulisan
dan keuletan dalam pembuatan karya tulis, serta untuk menganalisa dan menarik
kesimpulan.
1.2 Tujuan Masalah
Adapun tujuan penelitian dalam perumusan karya tulis ini
adalah :
a.
Sebagai
salah satu tugas untuk melengkapi mata pelajaran Bahasa Indonesia.
b.
Untuk
menambah wawasan tentang kaidah yang terdapat di Museum Geologi.
c.
Melatih
siswa dikemudian hari untuk menyusun laporan ke jenjang yang lebih tinggi.
1.3 Rumusan Masalah
Agar
untuk memudahkan pembahasan penulis membagi permasalahan dan bentuk pertanyaan
sebagai berikut :
a.
Bagaimana
sejarah Museum Geologi ?
b.
Visi dan Misi serta Tugas Pokok dan Fungsi Museum Geologi.
c.
Bagaimana
tata ruangan dalam Museum Geologi ?
d.
Bagaimana
Koleksi purbakala Museum Geologi ?
1.4 Metode Penelitian
Metode yang disetujui dengan teknik Studi Kepustakaan.Yaitu
pengetahuan yang bersumber dari media internet.Yang tentu ada kaitannya dengan
masalah-masalah yang dibahas di dalam karya tulis ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Museum Geologi
Museum
Geologi terletak di Jalan Diponegoro No. 57, Kota Bandung, Jawa Barat. Museum
yang menyimpan dan mengelola berbagai macam materi geologi ini telah berdiri
sejak zaman penjajahan Belanda, tepatnya tanggal 16 Mei 1929. Adapun tujuan
pendiriannya berkaitan erat dengan sejarah penyelidikan geologi dan tambang di
wilayah Nusantara oleh para ahli geologi bangsa Eropa yang dimulai sejak
pertengahan abad ke-17 hingga timbulnya revolusi industri di daratan Eropa pada
pertengahan abad ke-18.
Bangsa
Belanda (salah satu negara di Benua Eropa) yang waktu itu berkuasa di tanah
air, tentu saja sangat membutuhkan bahan tambang sebagai bahan dasar industri
di negerinya sendiri. Oleh karena itu, mereka kemudian membentuk sebuah lembaga
pada tahun 1850 bernama Dienst van het Mijnwezen yang bertujuan untuk melakukan
penyelidikan geologi dan sumberdaya mineral.
Dienst van
het Mijnwezen yang pada tahun 1922 berganti nama menjadi Dienst van den
Mijnbouw ternyata sangat serius melakukan tugasnya dengan mengumpulkan berbagai
macam batuan, mineral, fosil, laporan dan peta sehingga memerlukan tempat
khusus untuk penyimpanan dan penganalisisan lebih lanjut dari bahan-bahan
temuan tersebut.
Sebagai
jalan keluarnya, mereka lalu membangun sebuah gedung tempat penyimpanan di
Rembrandt Straat Bandung yang rancangannya digarap oleh Ir. Menalda van
Schouwenburg dengan gaya art deco. Pembangunannya memerlukan waktu selama 11
bulan dengan 300 orang pekerja dan menghabiskan dana sekitar 400 Gulden.
Sedangkan peresmiannya dilakukan pada tanggal 16 Mei 1929, hampir bertepatan
dengan penyelenggaraan Kongres Ilmu Pengetahuan Pasifik ke-4 (Fourth Pacific
Science Congress) di Bandung pada tanggal 18-24 Mei 1929. Gedung itu kemudian
dinamakan Geologisch Laboratorium.
Saat
Jepang menguasai Indonesia, pada tahun 1942 pihak Pemerintah Kolonial Belanda
terpaksa menyerahkan kekuasaan teritorialnya termasuk di dalamnya gedung
Geologisch Laboratorium melalui Letjen H. Ter Poorten (Penglima Tentara Sekutu
di Hindia Belanda) kepada pihak Jepang yang diwakili oleh Panglima Tentara
Jepang, Letjen H. Imamura di daerah Kalijati, Subang. Oleh Jepang Gedung
Geologisch Laboratorium diganti namanya menjadi Kogyo Zimusho dan setahun
kemudian diganti lagi menjadi Chishitsu Chosacho.
Setelah
bangsa Indonesia merdeka, Gedung Chishitsu Chosacho diambil alih dan
pengelolaannya berada dibawah Pusat Djawatan Tambang dan Geologi (PDTG). Namun
ketika tentara Belanda (NICA) datang lagi dengan membonceng Amerika Serikat dan
Inggris, mereka berusaha menguasai kembali Chishitsu Chosacho pada 12 Desember
1945 yang menewaskan seorang pemuda bernama Sakiman, sehingga kantor PDTG
terpaksa dialihkan atau dipindahkan ke Jalan Braga No. 3 dan 8.
Namun,
kepindahan ke Jalan Braga ternyata tidak berlangsung lama karena sejak Desember
1945 hingga Desember 1949 terjadi pertempuran antara rakyat Indonesia melawan
pasukan Belanda di berbagai daerah yang membuat kantor PDTG harus
berpindah-pindah dari Bandung – Tasikmalaya – Magelang – Yogyakarta untuk
menyelamatkan dokumen-dokumen penting hasil penelitian geologi. Dalam usaha
menyelamatkan dokumen tersebut, pada tanggal 7 Mei 1949 Arie Frederik Lasut
yang saat itu menjabat sebagai Kepala Pusat Djawatan Tambang dan Geologi
diculik dan dibunuh oleh tentara Belanda di Desa Pakem, Yogyakarta.
Setelah
situasi politik dan keamanan di Indonesia terkendali, tahun 1950 kantor PDTG
kembali lagi ke Geologisch Laboratorium dan berganti nama menjadi Djawatan
Pertambangan Republik Indonesia (DPRI). Nama DPRI tidak bertahan lama dan
beberapa kali diganti hingga sekarang menjadi Pusat Survei Geologi. Nama-nama
tersebut adalah: Djawatan Pertambangan Republik Indonesia (1950-1952), Djawatan
Geologi (1952-1956), Pusat Djawatan Geologi (1956-1957), Djawatan Geologi
(1957-1963), Direktorat Geologi (1963-1978), Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi (1978-2005), dan Pusat Survei Geologi (akhir 2005 sampai sekarang).
Selain
nama yang berganti-ganti, status museum pun juga berganti. Pada tahun 2002
melalui Kepmen No. 1725 tahun 2002 status museum yang tadinya Seksi Museum
Geologi menjadi Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Balitbang Departemen
Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Tiga tahun kemudian (akhir 2005), status
UPT Museum Geologi berada dibawah Badan Geologi bersamaan dengan terbentuknya
Badan Geologi sebagai Unit Eselon I di lingkungan Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral.
2.2
Visi dan Misi serta Tugas Pokok
dan Fungsi Museum Geologi
·
Visi dan
Misi
Visi dan
misi Museum Geologi adalah mewujudkan sumber informasi berupa dokumentasi
koleksi dan warisan geologi Indonesia yang profesional untuk masyarakat. Adapun
misinya adalah: (1) memperagakan dan mengkomunikasikan koleksi museum; (2)
menyediakan informasi dan materi edukasi geologi; (3) mendokumentasikan dan
mengkonservasi koleksi museum; (4) melakukan penelitian koleksi dan
pengembangan museum; (5) melakukan pameran museum dan geologi; (6) melakukan
penyuluhan dan sosialisasi geologi; (7) melakukan kerja sama dengan instansi
dan sekolah; (8) melakukan pengelolaan museum secara profesional; dan (9)
memberkan pelayanan jasa permuseuman.
·
Tugas
Pokok dan Fungsi
Tugas
pokok Museum Geologi adalah sebagai penunjang dan operasional untuk
melaksanakan penelitian, pengembangan dan konservasi serta memperagakan koleksi
geologi. Sementara fungsinya adalah: (1) penyiapan rencana dan program
penelitian, pengembangan, konservasi, peragaan dan publikasi koleksi geologi;
(2) pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan dokumentasi; (3) pelaksanaan
pengelolaan dan pengembangan peragaan; (4) pelaksanaan penelitian dan
pengembangan serta publikasi; (5) pelaksanaan dan pengembangan kerja sama serta
pelayanan jasa permuseuman; (6) pelaksanaan ketatausahaan, kepegawaian,
keuangan dan rumah tangga; dan (7) evaluasi pelaksanaan rencana dan program penelitian,
pengembangan, konservasi, peragaan dan publikasi koleksi geologi.
2.3 Tata Ruangan Dalam Museum
Geologi
·
Lantai I
Terbagi menjadi 3 ruang utama :
Ruang orientasi di bagian tengah, Ruang Sayap Barat dan Ruang Sayap Timur.
Ruang Orientasi berisi peta geografi Indonesia dalam bentuk relief layar lebar
yang menayangkan kegiatan geologi dan museum dalam bentuk animasi, bilik
pelayanan informasi museum serta bilik pelayanan pendidikan dan penelitian.
Sementara, Ruang Sayap Barat, dikenal sebagai Ruang Geologi Indonesia, yang
terdiri dari beberapa bilik yang menyajikan informasi tentang :
· Hipotesis terjadinya bumi di dalam
sistem tata surya.
· Tatanan tektonik regional yang
membentuk geologi Indonesia; diujudkan dalam bentuk maket model gerakan
lempeng-lempeng kulit bumi aktif
· Keadaan geologi sumatera,Jawa,
Sulawesi, Maluku dan Nusa Tenggara serta Irian Jaya
· Fosil fosil serta sejarah manusia
menurut evolusi Darwin juga terdapat di sini
Selain maket dan panel-panel
informasi, masing-masing bilik di ruangan ini juga memamerkan beragam jenis
batuan (beku, sedimen, malihan) dan sumber daya mineral yang ada di setiap
daerah. Dunia batuan dan mineral menempati bilik di sebelah baratnya, yang
memamerkan beragam jenis batuan, mineral dan susunan kristalografi dalam bentuk
panel dan peraga asli. Masih di dalam ruangan yang sama, dipamerkan kegiatan
penelitian geologi Indonesia termasuk jenis-jenis peralatan/perlengkapan
lapangan, sarana pemetaan dan penelitian serta hasil akhir kegiatan seperti
peta (geolologi, geofisika, gunung api, geomorfologi, seismotektonik dan
segalanya) dan publikasi-publikasi sebagai sarana pemasyarakan data dan
informasi geologi Indonesia. Ujung ruang sayap barat adalah ruang kegunung
apian, yang mempertunjukkan keadaan beberapa gunungapi aktif di Indonesia
seperti : Tangkuban Perahu, Krakatau, Galunggung, Merapi dan Batu. Selain
panel-panel informasi ruangan ini dilengkapi dengan maket kompleks Gunungapi
Bromo-Kelut-Semeru. Beberapa contoh batuan hasil kegiatan gunung api tertata
dalam lemari kaca.
Ruang Sayap Timur Ruangan yang
mengambarkan sejarah pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup, dari primitif
hingga modern, yang mendiami planet bumi ini dikenal sebagai ruang sejarah
kehidupan. Panel-panel gambar yang menghiasi dinding ruangan diawali dengan
informasi tentang keadaan bumi yang terbentuk sekitar 4,5 miliar tahun lalu,
dimana makhluk hidup yang paling primitiv pun belum ditemukan. Beberapa miliar
tahun sesudahnya, disaat bumi sudah mulai tenang, lingkungannya mendukung
perkembangan beberapa jenis tumbuhan bersel-tunggal, yang keberadaan terekam
dalam bentuk fosil Reptilia bertulang-belakang berukuran besar yang hidup
menguasai Masa Mesozoikum Tengah hingga Akhir (210-65 juta tahun lalu)
diperagakan dalam bentuk replika fosil Tyrannosaurus Rex Osborn (Jenis kadal
buas pemakan daging) yang panjangnya mencapai 19 m, tinggi 6,5 m dan berat 8
ton. Kehidupan awal di bumi yang dimulai sekitar 3 miliar tahun lalu
selanjutnya berkembang dan berevolusi hingga sekarang. Jejak evolusi mamalia
yang hidup pada zaman Tersier (6,5-1,7 juta
tahun lalu) dan Kuarter (1,7 juta tahun lalu hingga sekarang) di Indonesia
terekam baik melalui fosil-fosil binatang menyusui (gajah, badak, kerbau, kuda
nil) dan hominid yang ditemukan pada lapisan tanah di beberapa tempat khususnya
di Pulau Jawa.
Kumpulan fosil tengkorak
manusia-purba yang ditemukan di Indonesia (Homo erectus P. VIII) dan di beberapa
tempat lainnya di dunia terkoleksi dalam bentuk replikanya. Begitu pula dengan
artefak yang dipergunkan, yang mencirikan perkembangan kebudayaan-purba dari
waktu ke waktu. Penampang stratigrafi sedimen Kuarter daerah Sangiran (Solo,
Jawa Tengah), Trinil dan Mojokerto (Jawa Timur) yang sangat berarti dalam
pengungkap sejarah dan evolusi manusia-purba diperagakan dalam bentuk panel dan
maket.
Sejarah
pembentukan Danau Bandung yang melegenda itu ditampilkan dalam bentuk panel di
ujung ruangan. Fosil ular dan ikan yang ditemukan pada lapisan tanah bekas
Danau Bandung serta artefak diperagakan dalam bentuk aslinya. Artefak yang
terkumpul dari beberapa tempat di pinggiran Danau Bandung menunjukkan bahwa
sekitar 6000 tahun lalu danau tersebut pernah dihuni oleh manusia prasejarah.
Informasi lengkap tentang fosil dan sisa-sisa kehidupan masa lalu ditempatkan
pada bilik tersendiri di Ruang Sejarah Kehidupan. Informasi yang disampaikan
diantaranya adalah proses pembentukan fosil, termasuk batubara dan minyak bumi,
selain keadaan lingkungan-purba.
·
Lantai II
Terbagi menjadi 3 ruangan utama:
ruang barat, ruang tengah dan ruang timur. Ruang barat (dipakai oleh staf
museum). Sementara ruang tengah dan ruang timur di lantai II yang digunakan
untuk peragaan dikenal sebagai ruang geologi untuk kehidupan manusia.
Ruang Tengah Berisi maket
pertambangan emas terbesar di dunia, yang terletak di Pegunungan Tengan Irian
Jaya. Tambang terbuka Gransberg yang mempunyai cadangan sekitar 1,186 miliar
ton; dengan kandungan tembaga 1,02%, emas 1,19 gram/ton dan perak 3 gram/ton.
Gabungan beberapa tambang terbuka dan tambang bawahtanah aktif di sekitarnya
memberikan cadangan bijih sebanyak 2,5 miliar ton. Bekas Tambang Ertsberg
(Gunung Bijih) di sebelah tenggara Grasberg yang ditutup pada tahun 1988
merupakan situs geologi dan tambang yang dapat dimanfaatkan serta dikembangkan
menjadi objek geowisata yang menarik. Beberapa contoh batuan asal Irian Jaya
(Papua) tertata dan terpamer dalam lemari kaca di sekitar maket. Miniatur
menara pemboran minyak dan gas bumi juga diperagakan di sini.
Ruang Timur Terbagi menjadi 7
ruangan kecil, yang kesemuanya memberikan informasi tentang aspek positif dan
negatif tataan geologi bagi kehidupan manusia, khususnya di Indonesia.
· Ruang 1 menyajikan informasi tentang
manfaat dan kegunaan mineral atau batu bagi manusia, serta panel gambar sebaran
sumberdaya mineral di Indonesia.
· Ruang 2 menampilkan rekaman kegiatan
eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya mineral
· Ruang 3 berisi informasi tentang
pemakaian mineral dalam kehidupan sehari-hari, baik secara tradisional maupun
modern.
· Ruang 4 menunjukkan cara pengolahan
dan pengelolaan komoditi mineral dan energi
· Ruang 5 memaparkan informasi tentang
berbagai jenis bahaya geologi (aspek negatif) seperti tanah longksor, letusan
gunung api dan sebagainya.
· Ruang 6 menyajikan informasi tentang
aspek positif geologi terutama berkaitan dengan gejala kegunungapian.
· Ruang 7 menjelaskan tentang
sumberdaya air dan pemanfaatannya, juga pengaruh lingkungan terhadap
kelestarian sumberdaya tersebut.
2.4
Koleksi purbakala Museum Geologi
MUSEUM
Geologi Bandung bukan hanya memiliki ratusan ribu batuan dan puluhan ribu fosil
purba berumur puluhan jutaan tahun, tetapi juga memiliki koleksi langka yang
tidak dimiliki museum lain di dunia seperti museum di Amerika atau di Eropa. Sekretaris
Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Minelar (ESDM), DR. Yun Yunus
Kusumabrata, didampingi Kabag Umum, Ir. Agung Pribadi mengatakan, Museum
Geologi memiliki berbagai fosil hewan bertulang belakang (vertebrata) yang
berasal dari Indonesia.
Di Museum Geologi terdapat fosil manusia purba serta fosli
mahluk hidup lainnya. Fosil manusia purba yang ada disini yaitu :
a) Meganehtropus Palaeojavanicus
Perawakan Megantropus Paleojavanicus diperkirakan tegap, diperkirakan masif dengan tulang pipi tebal tonjokannya belakang kepala yang tajam serta tempat pelekatan yang besar bagi otot-otot tengkuh yang kuat. Dengan gerakan yang besar, maka permukaan tengah banyak kerutan-kerutan dengan gigi yang sangat kuat.
Perawakan Megantropus Paleojavanicus diperkirakan tegap, diperkirakan masif dengan tulang pipi tebal tonjokannya belakang kepala yang tajam serta tempat pelekatan yang besar bagi otot-otot tengkuh yang kuat. Dengan gerakan yang besar, maka permukaan tengah banyak kerutan-kerutan dengan gigi yang sangat kuat.
b) Phylecanthropus Erectus
Fosil ini banyak ditemukan di Indonesia. Tinggi badan diperkirakan antara 165 – 180 cm dengan tubuh dan anggota badan yang tegap, mukanya memiliki tonjolan kuning yang kua, hidung yang lebar dengan belakang kepala menyudut, isi tengkorak berkisar antara 750 – 100 cm.
Fosil ini banyak ditemukan di Indonesia. Tinggi badan diperkirakan antara 165 – 180 cm dengan tubuh dan anggota badan yang tegap, mukanya memiliki tonjolan kuning yang kua, hidung yang lebar dengan belakang kepala menyudut, isi tengkorak berkisar antara 750 – 100 cm.
c) Homosapiens
Jenis Homosapiens memiliki ciri yang lebih maju dengan Phytecanthropus erectus. Berjalan dan berdiri tegak serta lebih sempurna, tinggi badannya antara 130 – 210 cm, mulanya datar dan lebar, akar hidung lebar dan bagian mulutnya agak sedikit menonjol, dahi membulat serta tinggi, sementara bagian belakang tengkorak juga membulat dengan rahang dan gigi mengecil dan lidah terlalu menonjol ke bagian depan. Volume tengkorak rata-rata antara 1350 – 1450 cm.
Jenis Homosapiens memiliki ciri yang lebih maju dengan Phytecanthropus erectus. Berjalan dan berdiri tegak serta lebih sempurna, tinggi badannya antara 130 – 210 cm, mulanya datar dan lebar, akar hidung lebar dan bagian mulutnya agak sedikit menonjol, dahi membulat serta tinggi, sementara bagian belakang tengkorak juga membulat dengan rahang dan gigi mengecil dan lidah terlalu menonjol ke bagian depan. Volume tengkorak rata-rata antara 1350 – 1450 cm.
Disini juga terdapat fosil hewan dan tumbuhan diantaranya:
1)
ElephasMaximus
2)
Bovid
3)
Corvus59B
4)
Fosildaun
5)
CypirinisCarpio
6)
PhytonRetigulanus
Akan
tetapi tidak kami jelaskan, hanya sebagian diantaranya :
1)
Fosil
Phyton Reugulatius
Fosil ini merupakan fosli ular yang ditemukan di Indonesia, Ciharaman kabupaten Bandung. Diameter 5 m. Morfologinya mendekati jenis phyton rehtulatus, diperkirakan umurnya 30.000 - 40.000 tahun yang lalu.
Fosil ini merupakan fosli ular yang ditemukan di Indonesia, Ciharaman kabupaten Bandung. Diameter 5 m. Morfologinya mendekati jenis phyton rehtulatus, diperkirakan umurnya 30.000 - 40.000 tahun yang lalu.
2)
Elephand
Maximus
Fosil gajah yang rahang bawahnya merupakan terlengkap jenisnya di Indonesia (saudara imam) pada waktu menggali sumur di rumahnya 16 Mei 2002 (teredap dalam batu pasir konglomerat 20.000 – 30.000 tahun yang lalu.
Fosil gajah yang rahang bawahnya merupakan terlengkap jenisnya di Indonesia (saudara imam) pada waktu menggali sumur di rumahnya 16 Mei 2002 (teredap dalam batu pasir konglomerat 20.000 – 30.000 tahun yang lalu.
3)
Alat
atau Benda pada Masa Lampau
Pada masa lalu manusia mempunyai berbagai alat yang digunakan sebagai kehidupannya sehari-hari yaitu :
Pada masa lalu manusia mempunyai berbagai alat yang digunakan sebagai kehidupannya sehari-hari yaitu :
i.
Alat
batu, yaitu suatu alat yang terbuat dari bebatuan. Ragam alat batu diantaranya
:
a. Kapak Penimbas (Chopper)
b. Serut genggam (Sropper)
c. Kapak penerak (Chopping tool)
d. Pahat genggam (hand adec)
e. Kapak genggam awai (Proto hand axe)
ii.
Alat
serpih
Adalah perkakas yang digunakan sebagai pisau, gurdi atau penusuk. Alat ini digunakan sebelum mengenal tulisan yakni digunakan sebagai mengupas, memotong atau juga menggali sejenis umbi-umbian.
Adalah perkakas yang digunakan sebagai pisau, gurdi atau penusuk. Alat ini digunakan sebelum mengenal tulisan yakni digunakan sebagai mengupas, memotong atau juga menggali sejenis umbi-umbian.
iii.
Alat
tulang
Adalah perkakas yang bahan dasarnya terbuatdari tulang binatang.
Adalah perkakas yang bahan dasarnya terbuatdari tulang binatang.
Tulang-tulang
ini dibentuk dari tulang hewan hasil buruan, biasanya sebelum digunakan sebagai
alat biasa dibentuk sesuai kebutuhan.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Museum
geologi merupakan tempat dari hasil peninggalan-peninggalan pada zaman dulu
yang baik sebagai tempat ilmu pengetahuan terutama dalam bidang pendidikan yang
dilakukan oleh kalangan pelajar.
Permukaan bumi merupakan hasil ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang selalu mendapat perubahan dari zaman ke zaman.
Permukaan bumi merupakan hasil ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang selalu mendapat perubahan dari zaman ke zaman.
3.2 Saran
Bagi
pelajar khususnya dan bagi masyarakat umumnya dengan adanya Museum Geologi atau
tempat sejenisnya agar dijaga kelestariaannya serta adanya perkembangan agar
pada waktu kelak nanti para generasi penerus bisa mengetahuinya.
Permukaan bumi perlu dijaga dan dilestarikan agar alam tidak marah.
Permukaan bumi perlu dijaga dan dilestarikan agar alam tidak marah.
DAFTAR
PUSTAKA
id.wikipedia.org/wiki/Museum_Geologi_Bandung
http://uun-halimah.blogspot.com/2011/12/museum-geologi.html
LAMPIRAN